Bagi sebagian besar kita, setiap mendengar atau menjumpai kata Matematika, yang terbayang adalah deretan angka yang membuat kepala “nyut-nyut”. Bahkan tidak sedikit (pelajar) yang menganggap matematika itu bagai monster yang membuat susah hidupnya. Akibatnya, banyak sekali yang akhirnya menjadikan matematika musuh nomor 1 yang harus dimusnahkan (berlebihan banget ya?). Masalahnya, bisakah perjalanan hidup kita lepas sepenuhnya dari matematika? Hhmmm.... Ujung-ujungnya protes, "buat apa sih kita belajar matematika?" Hhmmm(lg).....
Mari kita lakukan sedikit observasi...
1. Sebelum kita lahir, normalnya kita “tinggal” dalam kandungan ibu kita selama 9 bulan (nah lho, baru awal saja udah muncul angka 9, matematika kan?) di mana 9 bulan dalam kandungan tersebut, kita mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Perlu diingat (dan dipahami) bahwa proses tumbuh kembang merupakan suatu rangkaian atau serial atau urutan dari ukuran kecil menjadi besar, dari hasil pembuahan 1 sel telur dari ibu oleh 1 sel sperma dari ayah yang mengalami tumbuh kembang menjadi berjuta-juta sel yang terdiri atas 46 kromosom. Nah, cerita pembelahan sel, urutan pertumbuhan dan sebagainya sepanjang proses tersebut memenuhi juga kaidah matematika.
2. Ada berapa jari tangan kita? Normalnya ada 10. Jari kaki? Ada 10 juga. 2 (sepasang) mata, 2 (sepasang) tangan, 2 (sepasang) kaki, 2 (sepasang) telinga dan bagian-bagian tubuh lainnya bisa kita hitung. Menghitung adalah bagian dari matematika.
3. Bagaimana dengan bentuk? Matematika mengenalkan kepada kita geometri titik, bidang datar (bangun datar/bangun 2 dimensi), dimensi tiga, bentuk acak dan berbagai bentuk bangun lainnya.
4. Kita coba lihat sejarah bilangan juga deh. Konsep bilangan dan proses berhitung berkembang dari sejak jaman pra sejarah (artinya tidak ada catatan sejarah kapan dimulainya). Hal ini sangat mungkin untuk diperdebatkan, tapi diyakini sejak jaman paling primitif pun manusia memiliki insting terhadap (apa yang kita namakan) bilangan. Secara sederhana, sejarah bilangan dapat kita mulai dengan bilangan Asli. Bilangan Asli merupakan bilangan yang pertama kali dikenal manusia. Hal ini karena secara alamiah manusia akan melihat berbagai benda/objek dan kemudian untuk keperluan tertentu mereka perlu menghitungnya. Setidaknya manusia primitif pun tentu perlu mengenali mana yang lebih banyak atau lebih sedikit terhadap berbagai benda. Mereka memiliki anak, saudara, teman, musuh, kambing, dan lain-lain. Untuk menghitung benda-benda tersebut bilangan yang digunakan adalah bilangan Asli. Tentu saja di awal “penciptaan” bilangan itu belum dikenal istilah “bilangan asli”, bahkan penamaan angka satu, dua, tiga dan seterusnya pun bisa jadi belum dikenal. Umumnya, penciptaan yang muncul karena kebutuhan asasi itu diwakili terlebih dahulu oleh simbol-simbol yang sesuai logika dasar mereka.
Misalkan, seorang penggembala kambing tiap hari menggembalakan 40 ekor kambing. Untuk mengetahui apakah tiap hari kambingnya berkurang (atau bertambah), sang penggembala “mewakilkan” jumlah 40 ekor kambing tersebut dengan 40 batu kerikil. 1 kambing = 1 batu kerikil.
5. Observasi lainnya, banyak banget deh... coba sendiri ya
Dari sejumlah observasi sederhana itu, jelaslah bahwa hidup kita tidak akan pernah bisa lepas dari matematika, baik dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit. Berarti, (nyaris) bisa dipastikan, bahwa matematika "hadir" dalam setiap kegiatan kita, baik disadari ataupun tidak, diakui ataupun tidak. Kenyataannya, matematika memang kita pakai dalam kegiatan sehari-hari seperti dalam bisnis, perdagangan, ekonomi, teknologi, memasak, sekedar jalan-jalan dan lain sebagainya. Demikian pentingnya, matematika mendapat berbagai julukan di antaranya Universal Language (bahasa yang berlaku universal), Mother of Sciences (biangnya para ilmu), Queen of Sciences (ratunya para ilmu), sekaligus juga Servant of Sciences (pelayan para ilmu). Dalam ilmu-ilmu sains, matematika memiliki peranan yang sangat penting.
Jadi, sekarang, daripada kita cape-cape membenci matematika, bagaimana kalau kita coba lebih mengenal matematika lebih dekat, matematika yang tidak membuat kita pusing, matematika yang terasa menyenangkan. Matematika menyenangkan, masa sih?
Kita lanjut cerita matematika ini dalam artikel lainnya nanti ya.
Selamat mengenali wajah lain matematika yang lebih friendly
Referensi:
- hasil googling ditambah respon atas curhat siswa
Ditulis oleh: Sholeh
Tutor Level Senior
Bidang Studi Matematika, Fisika, Kimia SMA - Mahasiswa, TPA/TBS
Ingin tahu profil lengkap Tutor tersebut?
Hubungi admin FLP
Selasa, 27 Juli 2010
Yuk, Lebih Mengenal Matematika!
Selasa, Juli 27, 2010
Fun Learning Privat
No comments
0 komentar:
Posting Komentar